Pengetahuan Dasar Metode Penelitian


A.     Variabel Penelitian
Variable adalah sebuah karakteristik yang terdapat pada individu atau benda yang menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai atau kondisi yang dimiliki. Karakteristik yang sama untuk semua individu (misalnya: jumlah mata, jumlah hidung, jumlah telinga) tidak termasuk ke dalam variabel penelitian karena tidak adanya variasi antar individu. Asumsi yang mendasari yaitu semua orang normal memiliki jumlah mata, hidung dan telinga yang sama. Karakteristik individu yang sama tersebut dinamakan konstanta. Tinggi badan dan berat badan seseorang dapat menjadi variabel penelitian manakala datanya dikumpulkan dari berbagai orang yang memiliki berat badan dan tinggi badan berbeda. Jadi jelaslah di sini bahwa nama variabel digunakan untuk menunjukkan adanya variasi karakteristik antar individu yang akan diteliti.
Karakteristik individu dapat menjadi variabel penelitian apabila karakteristik tersebut dapat diukur dan dinilai atau diberi skor. Karakteristik fisik seperti tinggi badan dan berat badan dapat diukur dan sudah tersedia alat pengukur yang jelas dan akurat. Tinggi badan diukur dengan alat pengukur panjang dalam satuan meter dan berat badan diukur dengan alat penimbang berat dalam satuan kilogram. Karakteristik psikis seperti pengetahuan , intelegensi, sikap dan motivasiseseorang sulit diukur karena belum ada alat ukur standar yang dapat digunakan untuk segala situasi. Apabila karakteristik psikis seseorang akan dijadikan variabel penelitian, maka peneliti membutuhkan alat ukur (bisa berupa daftar pertanyaan, lembar observasi)yang dapat mengungkap karakteristik psikis yang hendak diteliti tersebut.
Karakteritik psikis yang dapat diukur belum tentu dapat menjadi variabel penelitian yang baik untuk diteliti. Sebagai contoh variabel ‘status kesehatan’ manusia. Dokter dapat mengukur status kesehatan dengan melihat hasil pemeriksaan darah, tekanan darah, urine dan kondisi fisik lainnya. Seseorang memperoleh hasil pemeriksaan kesehatan fisik dalam batas ambang ‘normal’ dapat dinyatakan sehat namun belum tentu orang tersebut sehat dengan sempurna karena indikator ‘status kesehatan’ tidak cukup apabila hanya diukur dari aspek fisik saja. Di samping pengukurannya sulit dan mahal, status kesehatan tidak layak untuk menjadi variabel penelitian karena indicator penentu status kesehatan sangat beragam. Penelitian lebih tepat menetapkan variabel penelitian dari bagian hasil pengukuran status kesehatan seperti: kadar lemak dan kolesterol darah, kadar hemoglobin, tekanan darah dan lain- lain.
Untuk lebih memahami tentang variabel penelitian, berikut ini dijelaskan jenis- jenis variabel menurut skala pengukurannya. Neuman (2003) menggolongkan variabel penelitian menjadi variabel diskrit dan variabel kontinum. Variabel diskrit adalah variabel yang tidak memiliki nilai dan hanya digunakan untuk memberi atribut/ nama atau kategori saja sedangkan variabel kontinum adalah variabel yang memiliki nilai yang menunjukkan individu yang satu lebih baik dari yang lain.
1.      Variabel Diskrit dan Kontinum
Variabel dibedakan menjadi variabel diskrik dan variabel kontinum. Variabel diskrit (discrete) adalah kategorikal, hanya untuk memberi nama atau atribut saja pada subjek yang diamati tanpa menunjukkan  subjek yang satu lebih baik dari yang lain. Variabel kontinum adalah variabel yang menghasilkan data numeric yang mengindikasikan adanya gradasi atau tingkatan, objek yang satu lebih baik dari yang lain. Contoh variabel diskrit antara jenis kelamin pria dan wanita, agama, suku/ ras, dan warna kulit. Jenis kelamin termasuk dalam variabel diskrit karena pria tidak mau dinyatakan lebih jelek dari pada wanita, demikian pula sebaliknya wanita juga tidak mau dinyatakan lebih jelek dari pada pria. Dengan demikian variabel ini hanya digunakan untuk membedakan kelompok pria atau wanita. Karakteristik fisik atau psikis yang melekat pada variabel diskrit dapat menjadi variabel kontinum. Sebagai contoh: ketahanan kerja, kecepatan lari, kecakapan menghitung yang dimiliki jenis kelamin pria dan wanita merupakan variabel kontinum yang dapat diukur dan diberi nilai.
Skala pengukuran variabel sangat penting diketahui sejak awal karena berpengaruh pada penentuan metode analisis data yang akan digunakan selanjutnya. Analisis data tertentu (korelasi/ hubungan) tidak dapat dilakukan pada variabel diskrit dan hanya dapat dilakukan pada variabel kontinum. Apabila peneliti menggunakan variabel diskrit maka analisis data penelitian yang tepat digunakan sangat terbatas yaitu hanya analisis perbedaan antar kelompok saja. Penjelasan tentang pemilihan teknik analisis data menurut jenis skala pengukuran variabel yang digunakan dapat disimak lebih lanjut pada sub bab yang membahas tentang teknik analisis data.
Individu yang menjadi subjek penelitian dapat berlaku sebagai variabel dan dapat menjadi konstanta. Sebagai contoh: seseorang meneliti perbedaan prestasi belajar IPA sebelum dan setelah menggunakan metode mengajar baru dikelas 8 SMP. Siswa kelas 8 SMP menjadi konstanta pada saat tidak dilakukan pengukuran- pengukuran kepada siswa tersebut. Siswa kelas 8 SMP menjadi variabel setelah dilakukan pengukuran prestasi IPA sebelum dan sesudah penerapan metode mengajar baru. Dengan demikian, variabel adalah karakteristik yang melekat pada diri subjek yang diukur. Prestasi belajar IPA memenuhi karakteristik sebagai variabel apabila prestasi yang diperoleh siswa bervariasi. Hasil pengukuran prestasi yang baik tidak mungkin menemukan semua anggota kelas 8 SMP mempunyai skor tes yang sama (konstan).
Benda benda mati yang berada diruang kelas dapat menjadi variabel penelitian manakala diukur variasi efeknya. Sebagai contoh, meja belajar dapat menjadi variabel penelitian, manakala ukuran, bentuk dan bahan bakunya tidak sama. Dari meja yang bervariasi tersebut kemudian diukur efek penggunaannya terhadap kenyamanan, produktivitas, daya tahan kerja dan sebagainya. Meja tidak dapat menjadi variabel penelitian ketika bentuk dan ukurannya sudah sama sehingga akan member efek yang sama pula. Makanan, minuman, dan obat dapat menjadi variabel penelitian ketika formula dibuat berbeda atau bervariasi. Ketika formula makanan, minuman, dan dibuat sama, hal tersebut dapat menjadi variabel manakala orang yang mengkomsumsi berbeda- beda. Variabel yang diukur adalah efek setelah mengkomsumsi obat dari konsumen yang berbeda.
Variabel ditemukan ketika penelitian mengamati satu unit analisis berupa benda atau manusia yang menarik perhatiannya. Penemuan variabel penelitian dapat dimulai dari subjek (manusia atau benda) atau objek (masalah) yang akan diteliti. Peneliti yang telah menetapkan subjek penelitian pada siswa di suatu sekolah dapat ditindak lanjuti dengan memikirkan permasalahan (objek)yang akan diteliti dari siswa tersebut seperti status gizinya, kreativitasnya, status ekonominya, dan sebagainya. Apabila subjek penelitian ternyata kurang cocok dengan masalah yang akan diteliti, maka peneliti dapat menggantinya dengan subjek lain. Apabila permasalahan (objek) penelitian dipilih sebelum ada subjek, maka penelitian tinggal memilih subjek yang sesuai. Variabel penelitian terdapat pada permasalahan yang dimiliki subjek penelitian. Objek (masalah) penelitian masih bisa diganti atau diubah sepanjang masih berada dalam ruang lingkup yang sama.
Variabel penelitian digunakan dalam penelitian kuantitatif atau penelitian yang menggunakan data berbentuk angka/ numerik. Data dari hasil pengukuran pengetahuan, sikap, pendapat, dan motivasi merupakan data kualitatif yang dapat diubah menjadi data kuantitatif dengan cara member skor, nilai atau bobot berwujud angka. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan adanya variasi antar individu. Seorang dapat dinyatakan memiliki pengetahuan lebih tinggi dari orang lain apabila jumlah pertanyaan yang dijawab positif atau benar lebih banyak dari orang lain atau sebaliknya. Seseorang memiliki posisi sikap, pendapat dan motivasi yang lebih baik dai orang lain manakala orang tersebut telah memenuhi criteria sikap, pendapat dan motivasi yang baik. Kriteria sikap, pendapat dan motivasi yang baik atau kurang baik telah ditetapkan sebelum dilakukan pengukuran.
2.      Hubungan Antar Variabel  
Satu judul penelitian, peneliti dapat mengobservasi dan mengukur satu atau beberapa variabel sekaligus. Variabel yang dipilih untuk dianalisis dinamakan variabel explanatory, dan semua variabel lain yang tidak dianalisis meskipun sudah diteliti dinamakan variabel extraneous. Apabila penelitian menggunakan lebih dari satu variabel, maka perlu dikenali posisi variabel diantara variabel lainnya. Posisi variabel tersebut dapat dipahami antara lain dengan cara mengenali posisi hubungan antar variabel yang dijelaskan dalam paparan berikut ini.
Tidak semua jenis metode penelitian menggunakan konsep hubungan antar variabel. Hanya jenis penelitian survei komparasi dan korelasional serta penelitian eksperimen yang harus menjelaskan posisi hubungan antar variabel. Penelitian survei tidak termasuk dalam pembahasan riset terapan namun metode ini member dasar pengetahuan untuk dapat melakukan semua jenis penelitian lainnya. Oleh sebab itu, pembahasan tentang hubungan antar variabel penelitian ini tetap penting dipaparkan.
a.      Variabel Independent dan Dependent
Variabel explanatory yang paling banyak digunakan adalah variabel yang menjadi objek (independent) dan terikat (dependent). Variabel dependen adalah variabel yang menjadi objek utama penelitian. Variasi dalam variabel dependen dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada variabel independen. Sebagai contoh: apabila peneliti akan meneliti prestasi belajar mata kuliah Statistika sebagai variabel utama (dependent), maka peneliti dapat mengambil satu atau beberapa variabel lain yang diperkirakan dapat mempengaruhinya seperti nilai matematika dan skor IQ.
Hubungan antara variabel independen dan dependen tidak hanya digunakan untuk menjelaskan posisi variabel bebas dan terikat saja. Hubungan antara variabel independen dan dependen dalam konteks sebab akibat member makna variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Variabel independen sering disebut variabel predictor (peramal) dan variabel dependen sebagai kriterium (yang di prediksi). Dalam hubungan tersebut, nilai- nilai dalam variabel independen dapat digunakan untuk memprediksi nilai nilai dalam variabel dependen. Secara matematis variabel independen di beri simbol X dan variabel dependen diberi simbol Y. Sebagai istilah yang sering digunakan untuk member nama variabel independen adalah:
Contoh model hubengan antara variabel independen dan dependen pada judul- judul penelitian.
1)      Hubungan intensitas belajar (X) terhadap prestasi belajar (Y) siswa SMP kelas VII di Kecamatan Kota. Model hubungan antara variabel independen dan dependen dapat digambar sebagai berikut:
2)      Hubungan antara Kualitas Layanan (X1) dan Discount Harga Kosmetik (X2) terhadap Kepuasan Pelanggan (Y) Salon Kecantikan Shinta. Gambar dibawah ini mencerminkan tiga model hubungan yaitu hubungan antar X1 ® Y ; X2 ® Y ; serta X1 dan X2 ®Y
3)      Pengaruh pola asuh ibu bekerja (X1) dan ibu rumah tangga  (X2) terhadap kemandirian anak (X). untuk mengetahui pengaruh pola asuh ibu, dilakukan uji beda skor kemandirian anak yang diasuh oleh ibu bekerja (X1) dan skor kemandirian anak yang diasuh oleh ibu rumah tangga dengan desain analisis sebagai berikut:
Skor kemandirian anak dari ibu bekerja (X1)
Skor kemandirian anak dari ibu rumah tangga (X2)
1
2
Dst
1
2
dst
Dalam contoh judul- judul di atas dapat dijelaskan kerangka pemikiran yang menyebabkan terjadinya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut: (1) prestasi belajar akan meningkat apabila intensitas belajar juga ditingkatkan. Artinya: siswa yang memiliki intensitas belajar yang tinggi diharapkan juga memiliki prestasi belajar yang tinggi; (2) peningkatan kepuasan pelanggan salon kecantikan dapat terjadi apabila kualitas layanan ditingkatkan dan harga kosmetik diturunkan atau di discount; (3) kemandirian anak yang memiliki ibu bekerja dan kemandirian anak yang memiliki ibu rumah tangga berbeda karena ada perbedaan jumlah waktu yang digunakan untuk mengurus anak dengan asumsi semakin banyak waktu yang disediakan untuk mengurus anak maka kemandirian anak semakin berkurang.
b.      Variabel Kontrol
Variabel control dapat dikategorikan ke dalam variabel extraneous atau variabel yang tidak diikutsertakan dalam proses penelitian. Variabel control banyak digunakan pada penelitian eksperimen untuk memberi nama kelompok yang tidak diberi perlakuan/ eksperimen. Karakteristik kelompok yang diberi perlakuan termasuk variabel independen karena jenis perlakuan dapat diganti- ganti atau dimanipulasi. Keberadaan variabel kontrol diperlukan sebagai acuan untuk membandingkan karakteristik hasil kelompok yang diberikan perlakuan (eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan(kontrol). Eksperimen dinyatakan berhasil dan efektif apabila karakteristik kelompok yang diberi perlakuan lebih baik dari karakteristik kelomp[ok yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Karakteristik yang diukur dari subjek setelah perlakuan (Eksperimen) dinamakan variabel dependen.
Contoh: 
1)      Efektivitas e- learning (X) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X  SMA.
Variabel kontrol adalah kemandirian siswa kelas X SMA yang tidak menggunakan e- learning atau tatap muka seperti biasa.
2)      Pengaruh penggunaan media video interaktif (X) terhadap motivasi Belajar IPA (Y) kelas VI SD
Variabel kontrol adalah motivasi belajar IPA siswa kelas VI SD yang tidak menggunakan madia video interaktif.

Desain eksperimen klasik dari dua judul penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Table 1.1 Contoh Variabel dalam Desain Eksperimen Klasik
Treatment (perlakuan)                O1A                  X                     O2A
Kontrol                                       O1B                        -                      O2B

Keterangan :
O1A : pretest kelompok perlakuan
O2A : posttest kelompok perlakuan
X                 : perlakuan (contoh diatas adalah e-learning atau penggunaan media
video interaktif)
O1B : pretest kelompok kontrol
O2B : posttest kelompok kontrol
Dua contoh judul diatas menunjukkan bahwa variabel control tidak di tulis secara eksplisit dalam judul penelitian dan tidak dilibatkan dalam proses penelitian tetapi informasinya diambil dan dilibatkan dalam prose penelitian tetapi informasinya diambil dan dilibatkan dalam analisis data penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah uji beda untuk menguji perbedaan antara:
1)      Karakteristik subjek sebelum dan sesudah perlakuan ;
2)      Karakteristik subjek yang diberi perlakuan dan subjek yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
c.       Variabel Moderator 
Variabel moderator adalah variabel yang dapat mempengaruhi hubungan atau memodifikasi hubungan antara variabel independen (X) dan dependen (Y). variabel moderator sering digunakan pada model hubungan antar variabel yang komplek sehingga ada kemungkinan terjadi hubungan yang tidak langsung antara X dan Y. variabel moderator dapat ditulis secara eksplisit atau tidak ditulis. Namun demikian, variabel penelitian tidak mutually exclusive sehingga variabel dapat berubah fungsi sebagai independen, dependen maupun moderator tergantung pada konteks permasalahan yang diteliti. Variabel moderator itu sendiri dapat berarti variabel independen kedua yang berada di luar jangkauan penelitian.
Contoh :

  1. Hubungan antara pengetahuan gizi (X) terhadap kualitas konsumsi pangan (Y) ternyata tidal signifikan. Setelah penelitian dicek kembali dengan melibatkan satu variabel lagi yaitu daya beli makanan ternyata kualitas konsumsi makanan lebih dipengaruhi oleh daya beli makanan. Oleh sebab itu, daya beli makanan dapat menjadi variabel moderator.

  1. Jumlah jam latihan memasak dengan keterampilan memasak ternyata tidak ada hubungan. Setelah data dipisah menurut jenis kelamin, ternyata kelompok pria mempunyai hubungan positif sedangkan kelompok wanita tidak memiliki hubungan positif. Oleh sebab itu jenis kelamin dapat menjadi variabel moderator. Pada model hubungan ini ternyata pelatihan hanya efektif untuk kelompok pria karena pria belum memiliki bekal keterampilan memasak. Sedangkan kelompok wanita, pada umumnya sudah memiliki bekal keterampilan memasak sehingga meskipun jumlah kam latihan hanya sedikit, wanita dapat memperoleh keterampilan memasak yang setara dengan pria
  2.  





3)      Hubungan antara kondisi ujian (independen) dan kinerja ujian dapat dimoderasi oleh tingkat kecemasan. Ujian yang diselenggarakan dengan berbagai kondisi seperti orientasi ego atau disertai dengan perintahtulis nama anda, kita akan mengukur kemampuan anda untuk menentukan kelulusa’ dan orientasi tugas yang disertai dengan perintah ‘tidak usah menulis nama anda karena kita hanya akan mengukur pencapaian materi’. Tingkat kecemasan kemudian diukur dari kepribadian dan dianalisis sebagai variabel moderator. Hasil memperlihatkan bahwa seseorang yang mempunyai kecemasan tes tinggi berfungsi lebih baik dalam tes berorientasi pada tugas (tidak untuk mengukur kemampuan) dan seseorang yang mempunyai tingkat kecemasan rendah berfungsi lebih baik pada tes yang berorientasi ego (untuk mengukur kemampuan). Dalam contoh tersebut, kecemasan merupakan variabel moderator, kinerja tes sebagai variabel dependent, kondisi ujian (orientasi ego dan orientasi tugas) merupakan variabel independent.
Mengapa demikian? Orang yang cemas cenderung tidak mampu mengerjakan soal dengan baik pada saat pengawas ujian mengatakan hasil ujian akan digunakan untuk mengukur kemampuan. Sementara itu, orang yang tidak cemas akan termotivasi untuk bekerja lebih baik apabila ujian digunakan untuk mengukur kemampuan karena ada kaitannya dengan penghargaan (reward) berupa nilai dan akan bekerja seenaknya apabila ujian tidak mendapat penghargaan apa- apa.

B.       Populasi dan Sampel
1.         Pengertian Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi akan menjadi wilayah generalisasi kesimpulan hasil penelitian. Jika karakteristik yang akan diteliti adalah penambahan berat badan selama hamil, maka populasi penelitian tersebut adalah ibu hamil. Semua ibu hamil pada wilayah sarana tertentu menjadi populasi penelitian dan hasil penelitian nantinya akan berlaku untuk semua populasi ibu hamil pada wilayah sarana yang diteliti. Penelitian tentang efektifitas pupuk cair pada tanaman kentang, maka populasi sarananya adalah semua tanaman kentang yang diberi pupuk cair di wilayah tertentu. Penelitian tentang kadar gula darah tikus yang diberi ransum kacang merah, maka populasi sarananya adalah darah tikus yangdiberi ransum kacang merah. Penelitian tentang rasa brownies kasava, maka populasi sasarannya adalah brownies kasava yang diuji coba. Berdasarkan contoh- contoh tersebut dapat diambil kesimpulan bahwapopulasi adalah sekumpulan subjek yang mau diteliti.
Sampel adalah cuplikan atau bagian populasi. Peneliti boleh mengambil sebagian populasi saja untuk diteliti meskipun kesimpulan hasil penelitian akan berlaku untuk semua populasi. Cara pengambilan sampel merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian terutama bila peneliti menghendaki hasil penelitiannya berlaku untuk semua populasi. Sampel yang diambil harus mewakili semua karakteristik yang terdapat pada populasi dimana kesimpulan tersebut akan berlaku. Apabila sampel tersebut tidak mewakili karakteristik yang terdapat pada populasi, maka kesimpulan penelitian dapat menjadi bias.
Kesimpulan hasil penelitian tidak dapat dipercaya apabila sampel yang diambil tidak refresentatif. Sebagai contoh kesimpulan hasil penelitian dua lembaga survey yaitu Kompas dan LSI (Lembaga Survei Indonesia) yang melakukan jajak pendapat tentang keistimewaan daerah istimewa Yogyakarta pada tahun 2010. Hasil penelitian kompas menyatakan 99% masyarakat tidak menyetujui gubernur DIY dipilih langsung oleh masyarakat. Hasil survey LSI menyatakan sebaliknya yaitu 88% masyarakat menghendaki gubernur DIY dipilih langsung oleh masyarakat seperti halnya gubernur di provinsi lainnya. Dua kesimpulan hasil penelitian tersebut berlawanan, tetapi perintah semestinya menggunakan kesimpulan dari penelitian yang sampelnya presentatif mewakili aspirasi masyarakat asli Yogyakarta.
Contoh lain misalnya: satu hasil penelitian menyimpulkan bahwa 90% mahasiswa di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Hasil penelitian tersebut sempat meresahkan orangtua mahasiswa yang kuliah dan kost di Yogyakarta. Sebagai peneliti yang berpengalaman, hasil penelitian tersebutpatut dipertanyakan cara pengambilan sampelnya: (1) siapa dan dimana peneliti memperoleh sampel tersebut? (2) bagaimana cara peneliti memperoleh sampel tersebut? Dua pertanyaan ini dapat menggagalkan kesimpulan hasil penelitian apabila ternyata peneliti mengambil sampel hanya di tempat- tempat biasa digunakan untuk mesum; atau peneliti sengaja memilih sampel dari mahasiswa yang kelihatan nakal. Apabila peneliti mengambil data di lingkungan yang baik, pastilah hasil penelitiannya tidak mendapat kesimpulan seperti itu.
Untuk mendapatkan sampel yang mewakili semua karakteristik yang terdapat pada populasi maka perlu dilakukan pengambilan sampel secara acak. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa cara pengambilan sampel, baik acak maupun non acak.
2.         Teknik Pengambilan Sampel
Setiap jenis penelitian membutuhkan teknik pengambilan sampel (teknik sampling) yang tepat sesuai dengan populasi sasaran yang akan diteliti. Populasi penelitian bersifat heterogen dan homogen. Manusia merupakan jenis populasi heterogen, sedangkan benda dan tumbuhan merupakan jenis populasi relative homogen. Sampel penelitian yang diambil dari populasi yang heterogen harus representatif atau mewakili semua karakteristik  yang terdapat pada populasi. Demikian juga bila populasi memiliki cakupan wilayah luas, sampel yang diambil juga harus mewakili setiap bagian wilayah yang berbeda. Sampel yang representatif adalah sampel yang diambil secara acak sehingga semua anggota populasi berpeluang untuk dipilih. Sampel acak menjadi syarat utama pada penelitian yang hasilnya akan digeneralisasikan keseluruh populasi. Sampel non acak hanya diperbolehkan untuk penelitian yang memiliki karakteristik populasi homogen atau apabila hasil penelitian hanya berlaku untuk sampel yang diteliti. 
Teknik sampeing member konsekuensi pada penggunaan teknik analisis data. Teknik sampling acak dapat menggunakan semua jenis analisis data sedangkan teknik samplik non acak hanya dapat menggunakan teknik analisis deskriptif dan tidak layak menggunakan analisis statistic inferensial. Statistika inferensial adalah jenis statistic yang digunakan sebagai alat untuk mengambil kesimpulan kuantitatif yang berlaku untuk semua populasi. Teknik sampling acak terdiri dari teknik sampling acak sederhana, stratified, cluster, dan sistematik. Teknik sampling non acak terdiri dari teknik sampling purposive, aksidental atau incidental, dan snowball. Penggunaan masing-masing teknik sampling tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;





Text Box: ACAK 
• Simple
• Stratified
• Cluster
• Sistematik
Text Box: NON ACAK 
• Purposive 
• Insidental 
• Snowball
 





3.         Teknik Sampling Non Acak
a.       Purposive sampling
Purposive samplling digunakan apabila sasaran sampel yang di teliti memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak mungkin di ambil sampel lain yang tidak memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan. Karakteristik sampel yang yang di ambil sudah ditetapkan oleh peneliti sehingga teknik sampling ini dinamakan sampel bertujuan. Teknik sampling ini
Cocok digunakan untuk jenis penelitian studi kasus, evaluasi program, penelitian tindakan dan jenis penelitaan lain yang menggunakan data kualitatif. Contoh sampel pada studi kasus misalnya: penderita autis, siswa yang mengalami kesulitan belajar, anak yatim, anak cacat, dsb. Contoh sampel evaluasi program misalnya pelaksana dan sasaran program. Contoh sampel penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas tertentu yang diberi tindakan. Karakteristik yang melekat pada sampel tersebut bukan merupakan karakteristik umum yang memiliki semua orang, sehingga orang yang teliti khusus yang memiliki karakteristik yang terdapat pada tujuan penelitian.
b.      Insidental Sampling
Sampling incidental atau aksidental adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel yang secara kebetulan ditemui saja. Teknik sampling ini banyak digunakan untuk penelitian deskriptif. Contoh penerapan teknik sampling ini misalnya untuk menjaring pendapat konsumen terhadap produk makanan dengan merek dagang tertentu. Peneliti mengambil sampel  dengan cara menemui orang –orang yang baru saja membeli produk tersebut di depan supermarket. Dengan demikian, orang yang tidak berbelanja di supermarket tempat si peneliti mengambil data tidak mendapat kesempatan untuk  diteliti meskipun mereka menggunakan produk makanan dengan merek dagang yang sama. Dalam penelitian pendidikan, teknik sampling ini dianggap sangat lemah dan tidak disarankan untuk digunakan karena dapat mengahsilkan kesimpulan yang bias.
c.       Snowball Sampling
Teknik pengambilan sampel Snowball atau bola salju adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara beranting tatau bercabang. Sampel pertama ditetapkan secara purposive sesuai dengan karakteristik sampel yang akan diteliti. Sampel kedua dan seterusnya diterapkan berdasarkan informasi yang  diperoleh dari sampel yang pertama.teknik sampling ini banyak digunakan untuk penelitian yang bertujuan membongkar kasus-kasus tertentu seperti sidikat narkoba, jaringan teroris, jaringan perampokan, dsb. Dalam bindan pendidikan, teknik sampling ini juga digunakan untuk mengunngkap kasus kejahatan pendiidikan seperti pemalsuan ijasah, penyelewengan dana pendidikan, penipuan,dan kasus lain yang relevan. Cara penelusuran subjek penelitian dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini.


 





Gambar 1.1 Ilustrasi Teknik Snowball Sampling
Pada gambar 1.1, sampel pertama adalah A, sampel ke dua adalah B, dan C, namun karena C sudah tidak memiliki informasi subjek yang lain, maka C terputus jaringannya. Contoh dala kasus jaringan narkoba, A adalah pengguna narkoba, A mendapatkan narkoba dari B dan C, C membeli narkoba ke B, sehingga B adalah agen yang menjual narkoba, tentu dibentuk jaringan yang panjang untuk sampai ke produsennya. Oleh sebab itu, masih diperlukan informan lain untuk membongkar rahasia.
4.         Teknik Sampling Acak
a.      Simple Random Sampling
Pengambilam sampel secara acak sederhana dapat dilakukan apabila daftar nama populasi sudah ada. Penelitian dapat mengambil sampel dengan cara mengundi semua anggota populasi. Secar otomatis, nomor-nomor yang muncul  akan terpilih menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel ini masih mungkin dilakukan apabila jumlah populasinya tersedia dala basis data yang terawat dengan baik atau selalu diperbarui (di-up date).
b.      Stratified Sampling
Stratified atau teknik sampling berstrata digunakan untuk mengambil sampel untuk kelompok sampel yang memiliki strata atau tingkatan seperti tingkat pendidikan, status social ekonomi, tingkat kelas, atau jenjang karir pegawai. Teknik pengambilan sampel ini banyak digunakan dalam penelitian survey skala besar.
Teknik pengambilan sampel secara berstrata dapat digunakan dengan dua cara yaitu proporsional dan tidak proporsional. Sampel berstrata yang proposional (proportional stratified random sampling) digunakan apabila masing-masing strata diambil sampel secara proporsional berdasarkan ukuran persen (%). Dengan demikian, jumlah sampel yang diambil pada tiap-tiap strata tidak sama tergantung pada jumlah populasi yang terdapat pada strata tersebut. Sampel berstrata tidak proporsional (proportional stratified random sampling) digunakan apabila masing-masing strata diambil sample dalam jumlah yang sama dengan tidak memperhatikan jumlah populasinya. Comtoh pengambilan sampel stratified.
Dalam contoh diilustrasikan terdapat 500 populasi yang terbagi dalam empat strata tingkat pendidikan. Dalam penentuan ukuran sampel menggunakan nomogram Harry King (Sugiyono,2007) diketahui apabila jumalah populasi 500 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 35% untuk mendapatkan taraf kesalahan 5%. Dengan demikian, jumlah sampel yang harus diambil adalah (0,35 x 500) x 1,195 = 209,125 atau dibulatkan menjadi 209 (1,195 adalah Multiple Faktor pada Confidence Interval 95%).
Tabel 1.2 Contoh pengambilan sampel berstrata
Jumlah populasi menurut strata tingkat pendidikan
Jumlah Sampel
Proporsional
(35%) x 1,195
Disproporsional
S3
60
25
52
S2
100
42
52
S1
140
58
52
SMA
200
84
52
Total
500
209
208
Apabila sampel akan diambil sebanyak 209 orang, maka ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu: (1) mengambil sampel sebanyak 35% x 1,195% pada setiap strata; (2) mengambil sampel dalam jumlah yang sama yanitu  masing-masing strata sebanyak 209:4=52,25 atau dibulatkan menjadi 52 orang. Cara yang pertama dinamakan  stratified proportional random sampling sedangkan cara yang kedua dinamakan stratified disproportional random sampling.



 





Populasi
Proporsional
Disproporsional
Gambar 1.2 Ilustrasi Teknik Stratified Sampling
c.       Cluster Sampling
Cluster sampling digunakan apabila populasi penelitian  tergabung dalam kelompok-kelompok (kluster) yaitu bisa kelompok kelas, kelompok wilayah, kelompok pekerjaan, kelompok organisasi, dsb. Teknik pengambilan sampling bertahap menurut wilayah (multi stage are). Pengambilan sampel dari wilayah yang luas,  dilakukan secara berjenjang mulai cakupan wilayah yang paling luas sampai ke wilayah sasaran sehingga dinamakan teknik sampling  multi stage are cluster random sampling. Karakteristik wilayah populasi yang diambil sampelnya dapat diilustrasikan sebagai berikut. Penelitian mengambil wilayah satu kabupaten. Dalam satu kabupaten terdapat 15- 17 kecamatan dan setiap kecamatan memiliki 8-15 kelurahan. Peneliti dapat menentukan sampel dengan dengan cara bertahap yaitu pertama kali mengundi nama wilayah kecamatan yang yang akan diteliti, setelah terpilih nama kecamatan kemudian diundi lagi nama kelurahan yang mewakili tiap-tiap kecamatan yang sudah terpilih. Dari kelurahan tersebut kemudian dipilih sampel yang akan diteliti secara acak. Meskipun penelitian ini hanya dilakukan terhadap beberapa wilayah saja tetapi hasil penelitian dapat disimpulkan untuk satu kabupatenyang diteliti. Teknik cluster sampling juga sering diterapkan dalam wilayah sekolah. Dengan cara yang sama seperti penentuan wilayah di atas, sasaran akhir sampling penelitiannya adalah sekolah atau kelas. Contoh teknik sampling multi stage area dapat diilustrasikan sebagai beriku:


 









Keterangan:
                                                                                               
                        = tidak diteliti


 
                        = diteliti

Gambar 1.3 Ilustrasi Teknik Multi Stage Sampling

Dalam contoh di atas diilustrasikan apabila penelitian dilakuka di perguruan tinggi. Pada tahap pertama peneliti menetapkan tiga fakultas yang mewakili misalnya FIK, FISE, dan FT. Pada tahap kedua, peneliti menetapkan masing-masing fakultas diambil 2 program studi secara acak. Jumlah sampling terakhir adalah 2 prodi x 3 fakultas atau 6 program studi. Dari 6 unit kluster sampling tersebut kemudian diambil sampel secara acak sesuai denga ukuran sampel yang dikehendaki.
d.      Systematic Sampling
Sampling sistematis diterapkan apabila populasi penelitian terdokumen dengan baik dan memiliki nomor urut. Data populasi yang memiliki nomor urut misalnya terdapat pada daftar nama pelanggan telpon pada buku telpon, daftar nama pasien di rumah sakit, dsb. Daftar nama populasi tersebut dapat tersimpan dalam buku maupun data base elektronik. Teknik sampling sistematis ini dapat digunakan untuk berbagai jenis penelitian yang menggunakan data kuantitatif denga ukuran sampel yang relatif besar. Cara pengambilan sampel  dilakukan dengan cara membagi jumlah populasi denga jumlah sampel untuk menetapkan bilangan kelipatannya. Misalnya terdapat 800 populasi akan diambil sampel sebanyak 800 orang maka bilangan kelipatan yang digunakan untuk membagi adalah 800:80 yaitu 10. Nomor urut pertama ditetapkan secara acak  dengan mengundi angka 1 sampai 9. Apabila keluar angka 5 maka sampel yang diambil adalah nomor urut 5,15, 25, 35…795.
Langkah-langkah:
1)      Tetapkan bilangan kelipatan dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah populasi yang akan diambil, misalnya: jumlah populasi 800 akan diambil sampel sebesar 80 maka 800/80=10. Hal ini berarti setiap kelipatan 10 diambil satu sampel.
2)      Tetapkan nomor urut pertama akan menjadi sampel dengan cara mengundi bilangan 1-9, misalnya keluar angka 5.
3)      Tetapkan nomor urut populasi yang menjadi sampel penelitian  berikutnya dengan menggunakan bilangan kelipata yang diperoleh pada langkah pertama tadi. Pada contoh ini diperoleh bilangna kelipatan 10 dn nomor sampel pertama adalah 5. Dengan demikian nomor urut yang menjadi sampel adalah:
5
e.       RDD (Random Digit Dialing)
Random digit dialing (RDD) merupakan teknik pengambilan sampel khusus untukpenelitian yang datanya diambil dengan cara wawancara melalui telepon kepada masyarakat umum. Kerangka sampling tidak ada, karena peneliti tidak memiliki dokumen nama-nama pemilik telepon. Cara pengambilan sampel ini kurang representative karena tidak semua penduduk memiliki telepn, nama pemilik dan nomor telepon kemungkinan berubah-ubah dan tidak tersedia daftar pemilik telepon yang pasti. Apabila menggunakan RDD, peneliti dapat memanggil nomor telepon secara acak dengan cara sebagai berikut:
a.       Tetapkan kode area (provinsi), kabupaten atau kecamatan atau kode kartu layanan telepon seluler.
b.      Tetapkan 3 atau 4 angka di bagian tengah yang akan di ubah-ubah
c.       Tetapkan 3 atau 4 angka terakhir yang sama.
      Contoh :
      081-5689-2165,─ 081-5680-2165,─081-5681-2165
      085-747-964-850,─ 081-747-965-850,─ 085-747-966-850
C.      Penetapan Ukuran Sampel
            Penetapakan ukuran sampel  tergantung pada karakteristik populasinya. Populasi pada kumpulan benda, darah, sirup, makanan, obat,  bahan makanan yang berasal dari sumber yang sama bersifat homogen. Jumlah sampel untuk populasi yang bersifat homogeny tidak berpengaruh pada kesimpulan sehingga meskipun jumlah sampel yang di ambil hanya sedikit, hasil penyelidikian dapat memperoleh kesimpulan yang sama.
Sebagai contoh: seorang peneliti mengambil hanya 1 cc darah untuk mengetahui kadar kolestrol pada tubuh A. jumlah darah tersebut sudah mewakili meskipun peneliti mengambil 1 cc karena darah bersifat homogen..
            Populasi pada manusia cenderung bersifat heterogen dan tersebar mendekati distribusi normal. Besar sampel dari populasi yang sebarannya berdistribusi nomor diambil secara proporsional. Untuk populasi seperti ini, besar proporsi ukuran sampling dari populasinya berbanding terbalik.semakiin besar jumlah sampel dari jumlah populasinya  maka semakin kecil peluang kesalahan kesimpulan hasil penelitian yang akan digeneralisasi. Sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel dari populasinya maka semakin besar kesalahan kesimpulan hasil penelitian yang akan digeneralisasi. Ukuran sampel yang harus diambil tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
            Penetapan ukuran sampel dapat mengacu dari berbagai referensi. Masing-masing referensi menetapkan ukuran sampel dengan proporsi yang berbeda. Berikut ini  ada beberapa cara penetapan ukuran sampel yang diambil dari referensi,misalnya:
1.    Isaac dan Michael
Isaac dan Michael (1984) telah menghitung ukuran sampling dari jumlah populasi 10 sampai 1.000.000. Hasil penghitungan ukuran sampel tersebut telah dirangkum pada tabel 1.3. Ukuran sampel ditetapkan pada taraf kesalahan 1%. 5% dan 10%. Sebagai contoh, apabila terdapat jumlah populasi (N) sebanyak 100, pada taraf kesalahan 1% diperlukan jumlah sampel (s) sebanyak 87 sedangkan pada taraf kesalahan 5% diperlukan jumlah sampel sebanyak 78 (lihat tabel 1.3).
2.    Harry King
Dalam nomogram yang dibuat oleh Harry King (Sugiyono, 2009), jumlah sampel dapat ditetapkan dengan cara menarik garis lurus dari titik pada garis yang menunjukkan ukuran populasi di sebelah kanan dengan melewati  titik “taraf kesalahan” yang terdapat pada garis yang berada di tengah. Pada penelitian sosial, taraf kesalahan yang sering digunakan adalah 1% dan 5%. Gambar 1.4 menunjukkan contoh jika seandainya terdapat 200 populasi dan pada taraf kesalahan 5% maka dengan cara menarik garis lurus, dari angka 200 pada garis populasi, dengan melewati angka 5 pada garis taraf kesalahan akan dapat diperoleh ukuran sampel sekitar 58% atau 0,58 X 200 = 116.
       Tabel 1.3 Penentuan Ukuran Sampel Menurut Isaac dan Michael
N

s

N

s

N

s


1%
5%
10%

1%
5%
10%

1%
5%
10%
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
10
15
19
24
29
33
38
42
47
51
55
59
63
67
71
75
79
83
87
94
102
109
116
122
129
135
142
148
154
160
165
171
176
182
187
192
10
14
19
23
28
32
36
40
44
48
51
55
58
62
65
68
72
75
78
84
89
95
100
105
110
114
119
123
127
131
135
139
142
146
149
152
10
14
19
23
27
31
35
39
42
46
49
53
56
59
62
65
68
71
73
78
83
88
92
97
101
105
108
112
115
118
122
125
127
130
133
135
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
197
202
207
216
225
234
242
250
257
265
272
279
285
301
315
329
341
352
363
373
382
391
399
414
427
440
450
460
469
477
485
492
498
510
520
529
155
158
161
167
172
177
182
186
191
195
198
202
205
213
221
227
233
238
243
247
251
255
258
265
270
275
279
283
286
289
292
294
297
301
304
307
138
140
143
147
151
155
158
162
165
168
171
173
176
182
187
191
195
199
202
205
208
211
213
217
221
224
227
229
232
234
235
237
238
241
243
245
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
75000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
550000
600000
650000
700000
750000
800000
850000
900000
950000
1000000
537
543
558
569
578
586
598
606
613
618
622
635
642
649
563
655
658
659
661
661
662
662
662
662
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
664
310
312
317
320
323
326
329
332
334
335
336
340
342
344
345
346
346
347
347
347
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
349
247
248
251
254
255
257
259
261
263
263
263
266
267
268
269
269
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
271
271
271
271
271
272

Sedangkan jika jumlah populasi sebangyak 800, pada taraf signifikansi yang sama diperlukan sampel sekitar 27% x 800 = 216. Persentase jumlah sampel sebesar 58% diambil dari arah anak panah yang berada di antara angka 50 dan 60, karena titik anak panah lebih dekat dengan angka 60 maka dapat diperkirakan titik tersebut berada di sekitar angka 58, sedangkan 27% diambil dari angka yang berada di antara titik ke 20 dan 30.
Selanjutnya, proporsi sampel yang telah ditemukan di atas dikalikan dengan multiple factor. Pada contoh di atas, tingkat kesalahan sampling yang telah dipilih adalah 5%, oleh sebab itu diperoleh interval kepercayaan 95% yang berasal dari 100 – 5. Hal ini berarti 95% penelitian telah menggunakan prosedur penentuan sampling yang benar. Multiple factor pada interval kepercayaan (confidence interval) 95% adalah 1,195. Ukuran sampel yang telah menjadi contoh di atas, masing-masing masih perlu dikalikan dengan 1,195. Untuk jumlah populasi 200 maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 116 x 1,195 = 138,6 dibulatkan menjadi 139 dan untuk jumlah populasi 800, jumlah sampel yang harus diambil adalah 216 x 1,195 = 258.
       2            Prosentase populasi yang diambil sebagai sampel                                                       Ukuran populasi            30           
         3                                                                                                                                               40
         4                                                                                                                                               50
                                                                                                                                                          60
                                                                                                                                                           
         5                                                                                                                                              
      10                                                                                                                                             60
         20
         30
         40
         50
         60
      70
         80
         90
         95                                                                                                                                             1000
                                                                                                                                                          2000
Gambar 1.4 Nomogram Harry King

3.  Edward L. Vockell
     Jumlah populasi sasaran pada wilayah yang luas sulit ditemukan. Bila hal ini terjadi, penentuan ukuran sampel dapat menggunakan batas interval kepercayaan (confidence interval). Vockell (1983), memperkirakan interval kepercayaan berbasis pada ukuran sampel yang dapat disimak pada Tabel 1.4. Dalam tabel tersebut terkandung makna, jika ukuran sampel ditetapkan pada interval kepercayaan ±4,9%, maka peneliti mengharapkan hanya ±4,9% kesalahan kesimpulan hasil penelitian yang diakibatkan oleh kesalahan pengambilan sampel.
Tabel 1.4 Perkiraan Taraf Kepercayaan berdasarkan Ukuran Sampel menurut Vockell
Ukuran                             Taraf                       Ukuran                             Taraf
Sampel                        kepercayaan                Sampel                        kepercayaan

5                           ±44                    175                         ±7,4
10                         ±31                    200                        ±6,9
20                         ±22                    225                        ±6,5
30                         ±18                    250                        ±6,2
40                         ±16                    275                        ±5,9
50                         ±14                    300                        ±5,6
60                         ±13                    400                        ±4,9
70                         ±12                    500                        ±4,4
80                         ±11                    750                        ±3,6
90                         ±10                    1000                      ±3,1
100                       ±9,8                   2000                      ±2,2
125                       ±8,8                   5000                      ±1,4
150                       ±8,0
4.  Jacob Cohen
     Jacob Cohen (1988) menetapkan ukuran sampel berdasarkan teknik analisis datanya. Penelitian yang menggunakan analisis statistik inferensial (mengambil kesimpulan berdasarkan hasil analisis data pada sampel tetapi berlaku untuk seluruh populasi). Jika hipotesis (kesimpulan sementara) penelitian ingin diterima secara signifikan (berarti) maka peneliti sebaiknya menetapkan power yang tinggi. Keberartian kesimpulan hasil penelitian sosial sangat dipengaruhi oleh jumlah sampelnya. Ada empat faktor yang perlu dilihat dalam penentuan ukuran sampel agar dapat memenuhi statistic power analysis yaitu sample size, significancy, directionality and effect size. Penjelasan lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang perlu dikendalikan dalam statistic power analysis adalah sebagai berikut:
a.       ukuran sampel (sample size), power akan meningkat secara otomatis dengan meningkatnya ukuran sampel;
b.      tingkat signifikansi, yaitu nilai p pada hipotesis nol yang akan ditolak. Pada penelitian sosial, signifikansi, (p) pada umumnya ditetapkan pada tingkat kesalahan 0,05 dan 0,01.
c.       directionality yaitu arah khusus hipotesis penelitian yang dirancang: pada umumnya, arah hipotesis penelitian ditetapkan pada satu arah/one tail:a1(positif atau negatif), atau dua arah/two tail: a2 (positif dan negatif);
d.      effect size yaitu estimasi pengaruh ukuran sampel dari populasinya. Semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil efeknya. Ada tiga kriteria penentuan effect size yaitu kecil/small, sedang/medium, dan besar/large. Setiap jenis analisis memiliki effect size yang berbeda. Ketentuan effect size menurut teknik analisis data dapat dirangkum sbb:
Tabel 1.5 Effect Size Menurut Teknik Analisis Data
Teknik Analisis

Effect Size


Small
Medium
Large
t-test
d= , 20
d= ,50
d= ,80
Product moment
r = , 10 atau
r2=,01
r = ,30 atau
r2 =,09
r = ,50 atau
r2 =,25
Anova
f= ,10
f = ,25
f = ,40

Untuk menetapkan ukuran sampel berdasarkan statistic power analysis, peneliti tinggal membaca ukuran sampel yang telah tertera di tabel. Estimasi ukuran sampel pada contoh di bawah ini tidak mencantumkan effect size: large dengan asumsi bahwa semua peneliti tidak mengharapkan mendapat kesalahan dalam mengambil kesimpulan hasil penelitian yang besar karena ukuran sampelnya kurang memenuhi syarat analisis.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh penetapan ukuran sampel menggunakan statistic power analysis.
Tabel 1.6 Estimasi Ukuran Sampel untuk Analisis t-test
Power
Arah hipotesis
,70
,80
,90
ES = d
ES = d
ES = d
.20
.40
,50
.20
.40
,50
.20
.40
,50
a1 = ,01
408
103
66
505
127
82
652
290
105
a1 = ,05
236
60
38
310
78
50
429
108
69
a2 = ,01
482
122
79
586
148
95
746
188
120
a2 = 0,5
316
78
50
393
99
64
526
132
85

       Contoh  pengambilan sampel untuk t-test:
       Sebuah penelitian kuasi eksperimen pada dua kelompok sampel ingin menguji hipotesis alternatif (Ha) dua arah: µ1≠µ2 pada taraf signifikansi a2 = 0,05, dengan effect size sedang, (d) = 0.50 dan power sebesar 0,80 maka diperlukan jumlah sampel 64 untuk masing-masing kelompok. Sebaliknya, apabila peneliti hanya memiliki sampel 50 orang pada masing-masing kelompok, maka hasil penelitian hanya memiliki power 0,70 atau power tetap 0,80 tetapi hipotesis hanya satu arah (a1) pada taraf kepercayaan 0,05.
       Contoh ukuran sampel untuk analisis Product Moment  ada pada tabel 1.7. Contoh kasus: apabila peneliti ingin menguji hipotesis alternatif dua arah (a2) hubungan antara lama menjadi guru dengan skor penilaian kinerja mengajar pada power 0,90 dan effect size sedang r = 0,30 dan taraf signifikansi a2 = 0,01 maka diperlukan sampel sebanyak 158 orang. Jika peneliti hanya memiliki sampel sebesar 67 orang, peneliti memperoleh dukungan pada effect size yang sama (0,30) tetapi power menurun menjadi 0,70 dan taraf signifikansi a2 = 0,05.

Tabel 1.7 Estimasi Ukuran Sampel untuk Analisis Product-Moment
Power
Arah hipotesis
,70
,80
,90
ES = r
ES = r
ES = r
.20
.30
,40
.20
.30
,40
.20
.30
,40
a1 = ,01
201
88
48
247
108
59
320
139
76
a1 = ,05
117
52
28
153
68
37
211
92
50
a2 = ,01
237
103
56
287
125
68
365
158
86
a2= 0,5
153
67
37
194
85
46
259
113
62
       Contoh ukuran sampel untuk analisisAnalisis of  Varians ada pada tabel 1.8. Contoh kasus: Jika peneliti ingin menguji hipotesis alternatif (Ha) perbedaan gaya hidup antara PNS yang bekerja sebagai dosen, guru, dan karyawan pada taraf signifikansi 0,05, effect size yang dipilih kecil (f=0,25) dan power 0,80 maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 52 orang untuk masing-masing kelompok (dosen, guru, dan karyawan), sampel keseluruhan adalah 52 x 3 = 156 orang.
       Penentuan ukuran sampel untuk mencapaianalisis regresi sedikt berbeda dengan cara sebelumnya. Penentuan ukuran sampel dapat menggunakan cara lain yang lebih mudah. Ukuran sampel analisis multivariate seperti, regresi ganda, korelasi parsial dan SEM (Struktural Equation Modeling), dapat ditetapkan sekitar 5 – 10 x jumlah variabel yang diobservasi (Arief Wibowo, 2004). Jika terdapat 13 variabel yang diobservasi maja ukuran sampel minimal sekitar 65 s.d. 130 orang yang barasal dari 5 x 13 = 65 atau 13 x 10 = 130.